Kelahiran bintang
Bintang lahir dari sekumpulan awan gas dan debu yang kita
sebut nebula. Ukuran awan ini sangat besar (diameternya mencapai puluhan SA)
tetapi kerapatannya sangat rendah. Awal dari pembentukan bintang dimulai ketika
ada gangguan gravitasi (misalnya, ada bintang meledak/supernova), maka
partikel-partikel dalam nebula tersebut akan bergerak merapat dan memulai
interaksi gravitasi di antara mereka setelah sebelumnya tetap dalam keadaan
setimbang. Akibatnya, partikel saling bertumbukan dan temperatur naik.
Semakin banyak partikel yang merapat berarti semakin besar
gaya gravitasinya dan semakin banyak lagi partikel yang ditarik. Pengerutan
awan ini terus berlangsung hingga bagian intinya semakin panas. Panas tersebut
dapat mendorong awan di sekitarnya. Hal ini memicu terjadinya proses
pembentukan bintang di sekitarnya. Demikian seterusnya hingga terbentuk banyak
bintang dalam sebuah awan besar. Maka tidaklah heran jika kita mengamati
sekelompok bintang yang lahir pada waktu yang berdekatan di lokasi yang sama.
Kelompok bintang inilah yang biasa kita sebut dengan gugus.
Akibat pengerutan oleh gravitasi, temperatur dan tekanan di
dalam awan naik sehingga pengerutan melambat. Di tahap ini, bola gas yang terbentuk
disebut dengan proto bintang. Apabila massanya kurang dari 0,1 massa Matahari,
maka proses pengerutan akan terus terjadi hingga tekanan dari pusat bisa
mengimbanginya. Pada saat tercapai kesetimbangan, temperatur di bagian pusat
awan itu tidak cukup panas untuk dimulainya proses pembakaran hidrogen. Maksud
dari pembakaran di sini adalah reaksi fusi atom hidrogen menjadi helium. Awan
ini pun gagal menjadi bintang dan disebut dengan katai gelap.
Jika massanya lebih dari 0,1 massa Matahari, bagian pusat
proto bintang memiliki temperatur yang cukup untuk memulai reaksi fusi saat
dirinya setimbang. Reaksi ini akan terus terjadi hingga helium yang sudah
terbentuk mencapai 10 – 20 % massa bintang. Setelah itu pembakaran akan
terhenti, tekanan dari pusat menurun, dan bagian pusat ini runtuh dengan cepat.
Akibatnya temperatur inti naik dan bagian luar bintang mengembang. Saat ini,
bintang menjadi raksasa dan tahap pembakaran helium menjadi karbon pun dimulai.
Di lapisan berikutnya, berlangsung pembakaran hidrogen menjadi helium. Setelah
ini kembali akan kita lihat bahwa evolusi bintang sangat bergantung pada massa. Untuk bintang bermassa kecil (0,1 – 0,5 massa Matahari),
proses pembakaran hidrogen dan helium akan terus berlangsung sampai akhirnya
bintang itu menjadi katai putih. Sedangkan pada bintang bermassa 0,5 – 6 massa
Matahari, pembakaran karbon dimulai setelah helium di inti bintang habis.
Proses ini tidaklah stabil, akibatnya bintang berdenyut. Bagian luar bintang
mengembang dan mengerut secara periodik sebelum akhirnya terlontar membentuk
planetary nebula. Bagian bintang yang tersisa akan mengerut dan membentuk
bintang katai putih.
Berikutnya adalah bintang bermassa besar (lebih dari 6 massa
Matahari). Di bintang ini pembakaran karbon berlanjut hingga terbentuk neon.
Lalu neon pun mengalami fusi membentuk oksigen. Begitu seterusnya hingga secara
berturut-turut terbentuk silikon, nikel, dan terakhir besi. Kita bisa lihat di
diagram penampang bintang di bawah ini, bahwa reaksi fusi sebelumnya tetap terjadi
di luar lapisan inti. Sehingga ada banyak lapisan reaksi fusi yang terbentuk
ketika di bagian pusat bintang sedang terbentuk besi.
Setelah reaksi yang membentuk besi terhenti, tidak ada
proses pembakaran selanjutnya. Akibatnya, tekanan menurun dan bagian inti
bintang memampat. Karena begitu padatnya, jarak antara neutroon dan elektron
pun mengecil sehingga elektron bergabung dengan neutron dan proton. Peristiwa
ini menghasilkan tekanan yang sangat besar dan mengakibatkan bagian luar
bintang dilontarkan dengan cepat. Inilah yang disebut dengan supernova.
Apa yang terjadi setelah supernova bergantung pada massa
bagian inti bintang yang tadi terbentuk. Apabila di bawah 5 massa Matahari
(batas massa Schwarzchild), supernova menyisakan bintang neutron. Disebut
demikian karena partikel dalam bintang ini hanya neutron. Bintang neutron
biasanya terdeteksi sebagai pulsar (pulsating radio source, sumber gelombang
radio yang berputar). Pulsar adalah bintang yang berputar dengan sangat cepat,
periodenya hanya dalam orde detik. Putarannya itulah yang menyebabkan pulsasi
pancaran gelombang radionya.
Di atas 5 massa Matahari, gaya gravitasi di inti bintang
begitu besarnya sehingga dirinya runtuh dan kecepatan lepas partikelnya
melebihi kecepatan cahaya. Objek seperti ini disebut dengan lubang hitam. Tidak
ada objek yang sanggup lepas dari pengaruh gravitasinya, termasuk cahaya
sekalipun. Makanya benda ini disebut lubang hitam, karena tidak memancarkan
gelombang elektromagnetik. Satu-satunya cara untuk mendeteksi keberadaan lubang
hitam adalah dari interaksi gravitasinya dengan benda-benda di sekitarnya.
Pusat galaksi kita adalah salah satu lokasi ditemukannya lubang hitam.
Kesimpulan ini diambil karena bintang-bintang di pusat galaksi bergerak dengan
sangat cepat, dan kecepatannya itu hanya bisa ditimbulkan oleh gaya gravitasi
yang sangat kuat, yaitu oleh sebuah lubang hitam.
Sumber :
http://duniaastronomi.com/2011/03/evolusi-bintang/#more-793
2 komentar:
bagaimana dengan kematian bintang gan..
Bintang akan mati jika tidak ada lagi reaksi fusi dan fisi pada inti bintang. Sama halnya seperti tubuh kita, kita akan mati jika metabolisme di dalam tubuh kita berhenti.
Posting Komentar