Asteroid

Asteroids (from Greek ἀστήρ "star" and εἶδος "like, in form") are a class of small Solar System bodies in orbit around the Sun. They have also been called planetoids, especially the larger ones.

Nebula

A nebula (from Latin: "cloud";nebulae or nebulæ, with ligature or nebulas) is an interstellar cloud of dust, hydrogen, helium and other ionized gases.

Andromeda Galaxy

The Andromeda Galaxy is a spiral galaxy approximately 2.6 million light-years (2.5×1019 km) from Earth in the Andromeda constellation. It is also known as Messier 31, M31, or NGC 224, and is often referred to as the Great Andromeda Nebula in older texts.

Jupiter

Jupiter is the fifth planet from the Sun and the largest planet within the Solar System.[13] It is a gas giant with mass one-thousandth that of the Sun but is two and a half times the mass of all the other planets in our Solar System combined.

Saturnus

Saturn is the sixth planet from the Sun and the second largest planet in the Solar System, after Jupiter. Named after the Roman god Saturn, its astronomical symbol (♄) represents the god's sickle.

Minggu, 20 Mei 2012

Transit Venus yang Terakhir pada Abad Ini !


Planet-planet mengitari Matahari dan itulah yang dilakukan Bumi dan Venus. Khususnya Venus, tahun ini si bintang fajar ini akan menjadi pusat perhatian astronom seluruh dunia.

Foto Transit Venus 2004. Kredit : Tonk at CloudyNights
Tepatnya tanggal 6 Juni 2012, Venus akan melintasi piringan Matahari dan masyarakat Bumi bisa melihat sang bintang fajar laksana noktah hitam yang melintasi “piringan Matahari”
Peristiwa tersebut dikenal sebagai Transit Venus.
Apa itu Transit Venus?
Peristiwa ketika planet venus melintasi piringan Matahari ini mirip dengan peristiwa gerhana Matahari oleh Bulan. Kalau Gerhana Matahari terjadi ketika Matahari – Bulan – Bumi, dengan Bulan berada di antara Matahari dan Bumi dalam posisi sejajar.
Nah untuk transit venus, planet venus akan berada di antara di antara Matahari dan Bumi.  Tapi, meskipun ukuran Venus hampir sama dengan Bumi (ingat! Venus dan Bumi itu sempat dibilang planet kembar juga!), jaraknya yang sangat jauh menyebabkan kita hanya melihat Venus seperti titik yang melintasi piringan Matahari. Kalau di Gerhana Matahari, Bulan yang melintas tampak menutupi seluruh permukaan Matahari karen jarak Bulan jauh lebih dekat ke Bumi dibanding Venus.
Venus, bintang kejora yang kerap menghiasi langit fajar atau senja ini bergerak mengitari Matahari setiap 224 hari dengan kemiringan orbit 3,4º terhadap Bumi. Artinya, ketika Venus melintas di antara Bumi dan Matahari, ia tidak selalu berada “sejajar” dengan Bumi dan tidak setiap saat ia melintas kita bisa melihat transit.

Kemiringan orbit Venus 3,4º. kredit : Royal Astronomical Society New Zealand
Ketika terjadi konjungsi inferior atau saat venus melintas di antara Matahari dan Bumi, ia seringkali berada “di atas” atau “di bawah” Matahari, sebagai akibat kemiringan orbitnya terhadap Bumi tadi. Transit baru akan terjadi, ketika Venus melintas di Matahari – Bumi di nodes atau di area titik potong orbit Bumi dan Venus. Pada posisi ini, Matahari – Venus – Bumi akan berada “sejajar” sehingga pengamat di Bumi akan dapat melihat planet Venus melintasi piringan Matahari.

Superkonjungsi Venus. kredit : http://victoriastaffordapsychicinvestigation.wordpress.com/
Siklus Transit
Transit Venus terjadi dengan pola yang berulang setiap 243 tahun sekali. Polanya, dua transit terjadi dengan rentang waktu 8 tahun, transit berikutnya terjadi 121,5 tahun kemudian, dan ada selang 8 tahun untuk transit berikutnya dan kemudian ada rentang waktu 105,5 tahun ke transit berikutnya. Setelah itu polanya kembali berulang.
Gambaran sederhana 1 siklus Transit Venus:
Dari transit A ke B butuh 8 tahun
Dari transit B ke C butuh 121,5 tahun
Dari transit C ke D butuh 8 tahun
Dari Transit D ke E butuh 105,5 tahun
Transit berikutnya akan mengulang selang waktu atau pola di atas.

Siklus Transit Venus. Kredit : lunar planner
Mengapa siklusnya 243 tahun sekali? Ini dikarenakan Bumi dan Venus baru akan kembali bertemu di titik yang hampir pada orbitnya masing-masing dalam rentang waktu 243 tahun Bumi. Tapi, pola 105,5 , 8 , 121,5 dan 8 tahun bukanlah satu-satunya pola yang mungkin dalam siklus 243 tahun tersebut. Pada tahun 1518, pola transitnya justru 8, 113,5 , dan 121,5 tahun. Pola yang ada sekarang akan terus berlanjut sampai dengan tahun 2846 dan kemudian akan ada pola baru yakni 105,5 , 129,5 dan 8 tahun. Transit yang kita amati saat ini merupakan transit terakhir dari pasangan 2004/2012 dan transit berikutnya baru akan terjadi 2117/2125. Sedangkan sebelum tahun 2004, transit terjadi pada 1874/1882.
Mengapa Transit Venus Penting?
Pertanyaan ini tentunya menghiasi benak kita, apa sih pentingnya Transit Venus sampai harus diamati. Bukankah kita hanya melihat sebuah titik hitam lewat di “depan” Matahari?
Di era tahun 1700-an, masalah terbesar dalam astronomi adalah penentuan jarak rata-rata Matahari – Bumi yang digunakan untuk konstanta fundamental di sistem heliosentris yang diajukan Copernicus. Selain itu, transit Venus di tahun 1700-an memberikan petunjuk awal keberadaan atmosfer di bintang senja itu.
Kalau sekarang, penentuan jarak antara kita dan benda langit dilakukan menggunakan radar. Tapi di masa lalu, radar itu seperti apa mungkin orang tidak bisa membayangkannya. Pada masa itu, untuk menentukan jarak suatu benda langit maka dibutuhkan perhitungan trigonometri untuk mengetahui konstanta Satuan Astronomi (SA) – atau jarak Bumi – Matahari.
Di tahun 1677, astronom Inggris Edmund Halley mengajukan ide untuk pengamatan Transit Venus dan ia juga memberikan ide untuk metode penentuan paralaks menggunakan geometri dengan memanfaatkan Transit Venus yang terjadi pada tahun 1761 dan 1769.  Meskipun Halley meninggal 19 tahun sebelum Transit Venus 1761, para ilmuwan ternyata masih tetap mengikuti ide yang diberikan Halley. Berbagai upaya dilakukan untuk melakukan perjalanan pengamatan Transit Venus yang di Tahun 1761, lokasi pengamatan yang baik berada di Hindia Belanda. Pada masa itu, pengamatan Venus juga dilakukan di Hindia Belanda tepatnya di Batavia yang dibantu oleh Pdt. Johann Mohr yang kemudian hasil pengamatan itu dikontribusikan dalam laporan yang dikirim ke Belanda.
Hasil pengamatan Transit Venus 1761 memberikan hasil jarak Matahari – Bumi sekitar 95 juta mil / 152887680 km (atau cukup dekat dengan perhitungan saat ini 92,955,807.267 mil (149,597,870.691 km). Dan dalam pengamatan tahun 1761 itu juga para pengamat melihat sesuatu yang aneh di Venus. Yang mereka lihat adalah lingkaran halo yang mengelilingi titik hitam Venus yang kemudian disimpulkan merupakan atmosfer. Dan ternyata dugaan itu tidak salah karena Venus memiliki atmosfer yang disusun oleh karbondioksida dan awan asam sulfat.

Sumber :
langitselatan.com

Kalender Maya



Kalender Maya
Kalender Maya
Apa itu kalender Maya? Kalender Maya merupakan kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya pada kisaran 250-900 M. Bukti kehadiran peradaban Suku Maya ini bisa dilihat dari sisa kerajaannya di hampir semua bagian selatan Meksiko, Guatemala, Belize, El Savador, dan sebagian Honduras.
Dari bukti-bukti sejarah, masyarakat suku Maya memang memiliki kemampuan menulis yang baik dan juga kemampuan untuk membangun kota dan perencanaan kota. Dalam hal membangun, Suku Maya terkenal dengan bangunan piramida dan berbagai bangunan besar lainnya. Tak hanya itu, dalam kebudayaan, peradaban suku Maya memberi pengaruh yang sangat besar pada kebudayaan Amerika Tengah. Pengaruh itu bukan hanya dalam hal peradaban namun juga dalam hal populasi pribumi di area tersebut. Sampai saat ini, sejumlah Suku Maya masih tetap ada dan meneruskan tradisi mereka yang telah berumur ribuan tahun itu.
Suku Maya dalam kehidupannya menggunakan beberapa kalender berbeda. Bagi mereka, waktu merupakan penghubung dengan lingkaran spiritual. Kalender memang digunakan untuk hal-hal praktis seperti untuk kehidupan sosial, pertanian, perdagangan dan berbagai keperluan administratif. Namun dipercaya ada elemen religi yang besar di dalamnya yang memberi pengaruh. Bagi suku Maya, setiap hari memiliki ruh pelindung yang berbeda sehingga setiap hari memiliki fungsi yang berbeda pula. Sangat berbeda dengan kehidupan modern dengan kalender Gregorian yang hanya menetapkan kalender sebagai waktu yang terkait dengan hal-hal administratif, kehidupan sosial dan keperluan ekonomi.
Kebanyakan kalender Maya memiliki rentang waktu pendek.
  • Kalender Tzolk’in berakhir dalam 260 hari
  • Kalender Haab’ memberi perkiraan 1 tahun Matahari yakni 365 hari.
Suku Maya kemudian menggabungkan kedua kalender ini membentuk “Calendar Round”, siklus yang akan berakhir setelah 52 Haab (sekitar 52 tahun atau kisaran panjangnya satu generasi). Di dalam “Calendar round” terdapat Trecena ( siklus 13 hari) dan Veintena (siklus 20 hari). Tampaknya, sistem siklus ini berlaku dengan mempertimbangkan jumlah hari dalam 52 tahun adalah 18980 hari.
Untuk bangsa Maya, sains dan agama adalah satu. Mereka membangun sistem matematika dan astronomi yang cukup impresif, terkait dengan kepercayaan mereka. Pencapaian dalam hal matematika bisa dilihat pada notasi posisi dan penggunaan angka nol. Dalam astronomi, mereka secara akurat menghitung tahun Matahari, melakukan kompilasi tabel posisi bulan dan Venus, serta memprediksi Gerhana Matahari. Suku Maya juga memiliki penanggalan untuk “siklus Venus” yang cukup akurat. Kalender Venus ini dibuat berdasarkan lokasi Venus di langit malam. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan pada planet-planet lainnya.
Sistem “Calendar Round” ini memang sangat baik untuk mengingat hari kelahiran atau periode keagamaan. Namun, untuk merekam sejarah, kalender ini tak bisa dijadikan patokan karena tak dapat merekam kejadian yang lebih tua dari 52 tahun.

Sumber :
langitselatan.com

Batas Galaksi ? Di mana ?


Coba lihat foto di halaman ini. Ratusan milyar cahaya bintang bergabung mengisi foto terbaru dari luar angkasa tersebut dengan cahaya yang kalau dlihat tampak lembut. Akibatnya, sulit untuk bisa melihat bentuk galaksi itu sendiri karena cahayanya perlahan memudar ketika kamu bergerak menjauh dari pusatnya. Tidak ada garis batas yang jelas yang bisa menandai tepi galaksi.
Galaksi Elips yang dipotret astronom selama 50 jam. Kredit: ESO
Untuk bisa melihat bentuk galaksi, perhatikan foto di atas. Sekarang, coba kamu bayangkan sedang menggambar garis di sekeliling pendaran cahaya. Kalau sudah, maka kamu akan melihat kalau “gambaranmu” itu akan berbentuk elips seperti halnya bola rugby.  Para astronom menyebut galaksi seperti ini Galaksi Elips. Ada juga galaksi yang tampak seperti pusaran air di luar angkasa yang disebut Galaksi Spiral oleh para astronom. Dan tentunya masih banyak galaksi yang bentuknya tidak beraturan. Kalau galaksi Bima Sakti yang jadi rumahnya Tata Surya, merupakan galaksi spiral.
Galaksi yang berbentuk elips justru merupakan galaksi yang terbesar di alam semesta. Bintang-bintangnya mengorbit pusat galaksi di semua arah. Akibatnya galaksi ellips tampak berbeda dari galaksi spiral, yang bintang-bintangnya mengorbit pusat galaksi seperti pada satu bidang permukaan yang sama. Kalau galaksi elips mirip bola rugby, spiral galaksi justru tampak datar dan kurus seperti sebuah piring.
Dan tidak seperti galaksi spiral, galaksi elips biasanya bebas dari debu. tapi sebenarnya masih ada debu di dalam galaksi elips. Debu tersebut bisa dilihat membentuk pita bergelombang di pusatnya. Para astronom menduga kalau debu tersebut merupakan sisa-sisa galaksi spiral yang terkoyak oleh gaya gravitasi yang sangat kuat dari galaksi elips.
Fakta menarik : Untuk bisa mengumpulkan cahaya yang cukup dari galaksi, dibutuhkan 50 jam untuk menghasilkan foto di atas. Waktu yang sangat lama hanya untuk mengatakan “cheese”!

Sumber :
http://langitselatan.com/2012/05/19/menandai-batas-batas-galaksi/

Kamis, 17 Mei 2012

Bintang Bisa Berkedip ?


Sebenarnya bintang memancarkan energinya relatif konstan/stabil setiap saat. Jadi perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintangnya. Ada hal lain yang menyebabkan bintang tampak berkedip. Apakah itu?
Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer. Banyaknya lapisan udara dengan temperatur yang berbeda-beda di atmosfer menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di laut dan kolam renang. Jadi untuk mendapatkan gambaran seperti apa yang terjadi di atmosfer, bayangkan sebuah kolam renang yang permukaannya tidak tenang.
Bintang tampak berkedip (Sumber: APOD)
Bintang tampak berkedip (Sumber: APOD)
Sebuah koin yang terletak diam di dasar kolam renang akan tampak bergerak-gerak jika kita lihat dari atas permukaan air. Gerak semu ini terjadi karena adanya refraksi/pembiasan. Menurut ilmu fisika, ketika berkas cahaya melewati dua medium yang indeks biasnya berbeda, cahaya tersebut akan dibiaskan/dibelokkan. Untuk kasus koin di kolam renang, cahaya yang dipantulkan koin melewati dua medium yang indeks biasnya berbeda, yaitu air dan udara, sebelum jatuh di mata. Dan karena permukaan air yang tidak tenang, posisi koin yang sebenarnya tetap pun akan tampak berpindah-pindah.
Hal yang sama terjadi pada cahaya bintang yang melewati atmosfer bumi. Ketika memasuki atmosfer bumi, cahaya bintang akan dibelokkan oleh lapisan udara yang bergerak-gerak. Akibatnya posisi bintang akan berpindah-pindah. Tetapi karena perubahan posisinya sangat kecil untuk dideteksi mata, maka kita akan melihatnya sebagai kedipan.
Lalu, bagaimana dengan planet, mengapa planet tidak tampak berkedip? Bintang, sebesar apapun ukurannya dan sedekat apapun jaraknya, akan tampak sebagai sebuah titik cahaya jika diamati dari bumi, bahkan dengan teleskop terbaik yang dimiliki manusia. Sedangkan planet yang memiliki ukuran yang jauh lebih kecil daripada bintang akan tampak lebih besar dari bumi karena jaraknya yang jauh lebih dekat. Dengan teleskop kecil saja kita akan dapat melihat planet sebagai sebuah piringan, bukan sebagai sebuah titik cahaya. Ukuran piringan ini cukup besar sehingga turbulensi atmosfer tidak memberikan pengaruh yang nyata pada berkas cahaya planet. Dilihat dari permukaan bumi, planet pun akan tampak tidak berkedip. Kecuali pada kondisi atmosfer yang turbulensinya sangat kuat, atau saat planet berada di dekat horison, planet akan tampak berkedip juga. Karena pada saat planet berada di dekat horison (sesaat setelah terbit atau sebelum tenggelam), berkas cahayanya harus melewati atmosfer yang lebih tebal.
Setelah kita tahu bahwa penyebab bintang tampak berkedip adalah atmosfer bumi, kita bisa sesuaikan dengan kebutuhan kita dalam melakukan pengamatan. Jika kita ingin mengamati bintang dengan gangguan atmosfer paling sedikit, kita bisa tunggu hingga bintang tersebut berada dekat meridian. Atau jika kita ingin melihat bintang tidak berkedip sama sekali, kita bisa pergi ke luar angkasa, atau bulan, atau planet yang tidak memiliki atmosfer (ingat, bulan tidak memiliki atmosfer).

Sumber :
http://duniaastronomi.com/2009/02/mengapa-bintang-tampak-berkedip/

Mengukur Jarak dengan Menggunakan Bintang Chepeid


Sejarah metode penghitungan jarak ini berawal dari sebuah penelitian tentang hasil pengamatan terhadap bintang variabel (bintang yang kecerlangannya berubah-ubah) yang ada di galaksi Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil (LMC dan SMC). Saat itu Henrietta Leavitt, astronom wanita asal Amerika Serikat, membuat katalog yang berisi 1777 bintang variabel dari penelitian tersebut. Dari katalog yang ia buat diketahui bahwa terdapat beberapa bintang yang menunjukkan hubungan antara kecerlangan dengan periode variabilitas. Bintang yang memiliki kecerlangan lebih besar ternyata memiliki periode varibilitas yang lebih lama dan begitu pula sebaliknya. Bentuk kurva cahaya bintang variabel jenis ini juga unik dan serupa, yang ditandai dengan naiknya kecerlangan bintang secara cepat dan kemudian turun secara perlahan.
Bentuk kurva cahaya seperti itu ternyata sama dengan kurva cahaya bintang delta Cephei yang diamati pada tahun 1784. Karena itulah bintang variabel jenis ini diberi nama bintang variabel Cepheid. Penamaan ini tidak berubah walaupun belakangan ditemukan juga kurva cahaya yang sama dari bintang Eta Aquilae yang diamati beberapa bulan sebelum pengamatan delta Cephei.
Kurva cahaya variabel Cepheid. Sumber: rpi.edu
Kurva cahaya variabel Cepheid. Sumber: rpi.edu
Hubungan sederhana antara periode dan luminositas bintang variabel Cepheid ini bisa digunakan dalam menentukan jarak karena astronom sudah mengetahui adanya hubungan antara luminositas dengan kecerlangan/magnitudo semu bintang yang bergantung pada jarak. Dari pengamatan bintang Cepheid kita bisa dapatkan periode variabilitas dan magnitudonya. Kemudian periode yang kita peroleh bisa digunakan untuk menghitung luminositas/magnitudo mutlak bintangnya dengan formula M = -2,81 log(P)-1,43. Karena luminositas/magnitudo mutlak dan magnitudo semu berhubungan erat dalam formula Pogson (modulus jarak), maka pada akhirnya kita bisa dapatkan nilai jarak untuk bintang tersebut.
Kunci penentu agar metode ini dapat digunakan adalah harus ada setidaknya satu bintang variabel Cepheid yang jaraknya bisa ditentukan dengan cara lain, misalnya dari metode paralaks trigonometri . Jarak bintang akan digunakan untuk menghitung luminositasnya dan selanjutnya bisa digunakan sebagai pembanding untuk semua bintang Cepheid. Oleh karena itu, astronom sampai sekarang masih terus berusaha agar proses kalibrasi ini dilakukan dengan ketelitian yang tinggi supaya metode penentuan jarak ini memberikan hasil dengan akurasi tinggi pula.
Cepheid Di Galaksi M100
Cepheid Di Galaksi M100. Sumber: Hubblesite
Menghitung jarak bintang variabel Cepheid menjadi sangat penting karena kita jadi bisa menentukan jarak gugus bintang atau galaksi yang jauh asalkan di situ ada bintang Cepheid yang masih bisa kita deteksi kurva cahayanya. Di sinilah keunggulan metode ini dibandingkan dengan paralaks, yang hanya bisa digunakan untuk bintang-bintang dekat saja.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada bintang Cepheid? Bintang ini mengalami perubahan luminositas karena radiusnya berubah membesar dan mengecil. Proses ini terjadi pada salah satu tahapan evolusi bintang, yaitu ketika sebuah bintang berada pada fase raksasa atau maharaksasa merah. Jadi dengan mempelajari bintang variabel Cepheid kita bisa menghitung jarak sekaligus mempelajari salah satu tahapan evolusi bintang.

Keterangan :
Pengukuran jarak bintang dengan metode ini jauh lebih teliti dan dapat mengukur jarak yang lebih jauh.

Sumber :
http://duniaastronomi.com/2010/03/mengukur-jarak-dengan-bintang-cepheid/

Minggu, 13 Mei 2012

Bumi Punya 2 Bulan ???

Ada beberapa astronom berspekulasi bahwa dahulu kala terdapat dua bulan yang mengelilingi bumi.

Pertanyaannya adalah, lalu ke mana perginya bulan yang satu ? Untuk pertanyaan ini, para astronom dari Universitas California, Santa Cruz, menjawab kalau bulan yang satunya melebur ke salah satunya lagi dalam suatu peristiwa yang dinamakan "percikan besar." Hasilnya, bulan yang ada sekarang seperti memiliki dua sisi yang berbeda, satu mulus dan satu lagi penuh tonjolan.

Teori di atas dilansir dalam jurnal Nature pada Rabu 3 Agustus 2011. Pendapat ini dikemukakan para astronom saat menemukan fakta adanya dua sisi bulan yang berbeda. Sisi yang mengarah ke bumi terlihat mulus, sedangkan sisi yang sebaliknya berbukit-bukit. Mereka lalu membuat model dengan komputer untuk menjelaskan mengapa terjadi demikian. Kejadiannya diduga seperti sebuah kue pie dilempar ke muka. Memercik.

Peristiwa ini diperkirakan terjadi lira-kira 4,4 miliar tahun yang telah lalu, yaitu masa jauh sebelum ada kehidupan di Bumi untuk menyaksikan kejadian itu di angkasa. Keadaan bulan-bulan tersebut masih sangat muda, terbentuk 100 juta tahun sebelum sebuah planet raksasa menubruk Bumi. Kedua bulan ini mengorbit Bumi dan berjalan berurutan.

Urutan dalam orbitnya adalah satu bulan yang besar berada di depan, berukuran tiga kali lebih lebar dan 25 kali lebih berat dari yang satunya lagi. Bulan yang besar ini diduga memiliki gravitasi sangat besar sehingga yang kecil tak mampu menahannya. Akibatnya, keduanya semakin mendekat dan lalu terjadilah momen tabrakan itu.

Dikatakan oleh Erik Asphaug, salah satu astronom peneliti dilansir the Associated Press bahwa "Mereka ditakdirkan bersatu. Tak ada jalan lain. Percikan besar ini seperti penyatuan dalam kecepatan rendah.

Setelah peristiwa tabrakan, batu dan material dari bulan yang kecil kemudian menyebar di permukaan bulan yang besar, bahkan tanpa menghasilkan sebuah kawah seperti yang ditimbulkan dari tubrukan meteor ke permukaan bumi.

Sehari setelah peristiwa tabrakan itu, keadaan kembali normal. Bulan tinggal satu, dan jadilah salah satu sisinya terlihat berbeda yaitu tidak rata. 

Bumi sendiri memang termasuk aneh di tata surya karena hanya memiliki satu bulan. Meski Venus dan Merkurius tak memiliki satu pun, Mars punya dua bulan, Saturnur dan Jupiter memiliki lebih dari 60. Bahkan Pluto yang kecil, memiliki empat bulan.


Sumber : http://www.antariksainfo.com/

Senin, 23 April 2012

Kenapa Bumi dan Planet Lain Bisa Berotasi ?


Solar nebula runtuh karena sebuah ledakan supernova yang memberikan daya kejut yang terhantar melalui awan dingin molekul hidrogen. Nah, Setiap molekul dalam awan itu punya momentum gerakan sendiri, Setiap molekul dalam awan itu momentum sendiri, dan saat mereka datang bersama-sama, momentumnya semakin besar. Ini mengatur nebula matahari berputar, dan menciptakan disk planet. dan saat mereka terkumpul secara bersamaan, momentumnya bertambah. Semakin besar massa sebuah benda, momentum benda tersebut juga semakin besar, itu yang menyebabkan solar nebula berputar. Dari material tersebut kemudian karena gaya gravitasi maka terjadilah akumulasi (penambahan) material yang kemudian bersatu menjadi planet. Pada planet juga sama, berotasi sebagai akibat dari panambahan materi yang menjadi satu, seperti halnya pada solar nebula. Materi itu kemduain memadat dan karena putaran maka tertarik ke inti (ke arah dalam) pusat akumulasi yang kemudian menyebabkan planet menjadi bulat.

Sebagian besar rotasi datang tentang dari kekekalan momentum sudut. Momentum sudut dirumuskan L=m*w*r2 dimana m adalah massa, w adalah kecepatan sudut dalam radian per detik, dan r adalah jari-jari gerakan melingkar. Karena kekekalan momentum sudut, jika radius (jarak orbit) sebuah benda berkurang, maka kecepatan sudutnya meningkat (massa konstan).

Contoh momentum sudut misalnya jika kita mendorong pintu rumah, bagian tepi pintu bergerak lebih cepat (v besar), sedangkan bagian pintu yang ada di dekat engsel, bergerak lebih pelan (v kecil). Walaupun kecepatan linear setiap bagian benda berbeda-beda, kecepatan sudut semua bagian benda itu selalu sama. Ketika kita mendorong pintu, semua bagian pintu itu, baik tepi pintu maupun bagian pintu yang ada di dekat engsel, berputar menempuh sudut yang sama, selama selang waktu yang sama. Jika pintu berhenti berputar, semua bagian pintu itu ikut2an berhenti berputar (kecepatan sudut = 0). Mirip seperti jika dirimu menghentikan sepeda motor, maka semua bagian sepeda motormu itu ikut-ikutan berhenti bergerak (kecepatan = 0). Ini mengatur perputaran solar nebula, dan menciptakan susunan planet.

Diyakini bahwa tabrakan besar pada awal Tata Surya mungkin sudah merubah rotasi planet. Salah satu contoh akibat tabrakan yang merubah arah rotasi planet adalah tabrakan yang menimpa planet venus. Planet Venus berotasi berlawanan arah (barat ke timur), dan hal yang sama juga mungkin menyebabkan kemiringan 23 derajat saat ini di poros bumi.

Karena ruang angkasa adalah ruang hampa, maka tidak ada yang akan menghentikan rotasi bumi atau planet-planet. Seperti gasing berputar yang tidak mengalami gesekan apapun, mereka akan terus berputar selamanya. gravitasi bulan tidak cukup kuat untuk menghentikan rotasi bumi.

Sabtu, 21 April 2012

Fakta tentang Black Hole



Cahaya melengkung begitu dalam di dekat lubang hitam sehingga apabila Anda berada dekatnya dan berdiri membelakangi, Anda akan dapat melihat berbagai bayangan dari setiap bintang di jagat raya, dan dapat melihat bagian belakang dari kepala Anda sendiri.

Di bagian dalam sebuah lubang hitam, ketentuan-ketentuan soal jarak dan waktu berlaku kebalikan: seperti halnya saat ini Anda tidak dapat menghindar dari perjalanan menuju masa depan, di dalam lubang hitam Anda tidak dapat mengelak dari singularitas sentral.

Apabila Anda berdiri pada sebuah jarak aman dari lubang hitam dan melihat seorang teman terjatuh ke dalamnya, dia akan terlihat bergerak melamban dan hampir berhenti ketika sampai di tepian event horizon. Bayangan teman itu akan memudar dengan sangat cepat. Sayangnya, dari sudut pandangnya sendiri dia akan melintasi event horizon dengan aman, dan akan bertemu dengan ajalnya di singularitas.
Lubang-lubang hitam adalah objek-objek yang paling sederhana di jagat raya. Anda dapat menggambarkannya secara utuh dengan hanya mengetahui massa, olakan, dan muatan listriknya. Sebaliknya, untuk melukiskan secara utuh sebutir debu saja, Anda harus menjelaskan posisi dan kondisi seluruh atomnya.
Seperti yang ditemukan Hawking, lubang-lubang hitam dapat menguap, tetapi dengan sangat lambat. Bahkan untuk seukuran massa sebuah gunung akan bertahan selama sepuluh miliar tahun, dan untuk massa yang sama dengan matahari proses penguapan akan selesai setelah 10^ 67 tahun.
Lubang hitam tidak meradiasikan cahaya, dan sebuah objek yang terjatuh ke dalamnya tidak akan mampu lagi memancarkan cahayanya. Semua itu menjadikan upaya mendeteksi lubang hitam akan sangat menantang. Hanya ketika sebuah lubang hitam berada dalam wujudnya yang kembar dan efek gravitasi menyebabkan pasangannya itu menghasilkan gas, kita dapat mendeteksi sinar-X. Sinar yang berasal dari piringan-piringan di sekitar lubang hitam terlihat sangat mirip dengan sinar yang berasal dari piringan-piringan di sekitar bintang-bintang neutron.
Anda dapat pula menduga keberadaan sebuah lubang hitam di pusat sejumlah galaksi apabila bintang-bintang bergerak sangat cepat di sekitar sejumlah objek yang tidak terlihat.
Pernah adanya pendapat dari Prof. JownKin. H. Steel :
Bahwa “Suatu hari nanti Bumi Beserta WAKTU-WAKTU-nya akan terserap habis oleh Monster Gravity ini”

sumber :


Puluhan Miliar Planet Berbatu Berada dalam Zona Layak Huni di Bima Sakti


Hasil terbaru dari HARPS ESO menunjukkan bahwa planet-planet berbatu yang berukuran lebih kecil dari Bumi ternyata sangat berlimpah di zona layak huni di sekitar bintang merah yang redup. Tim internasional bahkan memperkirakan, di galaksi Bima Sakti kita saja terdapat puluhan miliar planet seperti ini, dan mungkin ada sekitar seratus planet serupa di lingkungan terdekat Matahari. Ini merupakan pengukuran langsung pertama terhadap frekuensi Bumi-super di sekitar bintang-bintang kurcaci merah, yang jumlahnya mencapai hingga 80% dari keseluruhan bintang di Bima Sakti.
Estimasi langsung pertama terhadap sejumlah planet bercahaya di sekitar bintang kurcaci merah ini, yang baru saja diumumkan oleh tim internasional, menggunakan observasi dengan spektograf HARPS pada teleskop 3,6 meter di Observatorium La Silla ESO di Chile [1]. Pengumuman terbaru (eso1204), yang menunjukkan bahwa planet-planet tersebut berada di berbagai tempat di galaksi kita, menggunakan metode berbeda yang tidak terlalu sensitif terhadap kelas eksoplanet yang penting ini.
Tim HARPS telah mencari eksoplanet yang mengorbiti jenis bintang yang paling umum di Bima Sakti, yaitu bintang kurcuci merah (juga dikenal sebagai bintang kurcaci M [2]). Bintang-bintang tersebut sangat samar dan dingin dibandingkan Matahari, namun berjumlah sangat banyak dan berusia panjang, jumlahnya mencapai 80% dari keseluruhan bintang di Bima Sakti.
“Pengamatan terbaru kami dengan HARPS mengindikasikan bahwa sekitar 40% bintang kurcaci merah memiliki Bumi-super (planet yang memiliki massa antara satu dan sepuluh kali massa Bumi) yang mengorbit di zona layak huni, di mana bisa terdapat zat cair di permukaan planet tersebut,” kata Xavier Bonfils (IPAG, Observatoire des Sciences de l’Univers de Grenoble, France) yang memimpin tim riset. “Karena kurcaci merah berjumlah sangat banyak – ada sekitar 160 miliar di Bima Sakti – maka hal ini membawa kita pada hasil yang menakjubkan bahwa terdapat puluhan miliar planet seperti itu di galaksi kita sendiri.”
Tim HARPS melakukan survei pada sampel yang dipilih secara cermat dari 102 bintang kurcaci merah di langit selatan selama periode enam tahun. Sebanyak sembilan Bumi-super telah ditemukan, termasuk dua di dalam zona layak huni Gliese 581 (eso0915) dan Gliese 667 C. Para astronom mampu memperkirakan seberapa berat planet-planet tersebut dan seberapa jauh letaknya dari bintang yang mereka orbiti.
Dengan menggabungkan semua data, termasuk berbagai observasi bintang yang tidak memiliki planet, serta mengamati sebagian kecil planet-planet yang bisa ditemukan, tim riset mampu mengetahui betapa umumnya planet seperti itu di sekitar bintang kurcaci merah. Mereka menemukan bahwa frekuensi terjadinya Bumi-super [3] di zona layak huni adalah 41% dengan kisarannya dari 28% hingga 95%.
Di sisi lain, planet yang lebih besar, mirip Jupiter dan Saturnus dalam Tata Surya kita, justru sangat jarang ditemukan di sekitar bintang kurcaci merah. Kurang dari hanya 12% kurcaci merah yang diperkirakan memiliki planet raksasa (dengan massa antara 100 dan 1000 kali Bumi).
Dengan banyaknya jumlah bintang kurcaci merah yang berdekatan dengan Matahari, estimasi terbaru menunjukkan, mungkin ada sekitar seratus planet Bumi-super di zona layak huni di seputar bintang yang berdekatan dengan Matahari, yang jaraknya berkisar kurang dari 30 tahun cahaya [4].
“Zona layak huni di sekitar kurcaci merah, yang suhunya cocok bagi zat cair bisa berada di permukaannya, jauh lebih dekat dengan bintangnya dibandingkan jarak Bumi ke Matahari,” kata Stéphane Udry (Geneva Observatory dan anggota tim riset). “Namun kurcaci merah diketahui menjadi sasaran letusan atau percikan bintang, yang mungkin menghujani planet itu dengan sinar-X atau radiasi ultraviolet, dan yang membuat kehidupan di sana menjadi sangat kecil kemungkinannya.”
Salah satu planet yang ditemukan dalam survei HARPS pada kurcaci merah adalah Gliese 667 Cc [5]. Planet ini adalah planet kedua dalam sistem tiga bintang dan tampaknya terletak dekat dengan pusat zona layak huni. Meskipun beratnya lebih dari empat kali berat Bumi, planet ini merupakan kembaran yang paling mirip dengan Bumi yang pernah ditemukan sejauh ini dan hampir pasti memiliki kondisi yang tepat untuk keberadaan zat cair di permukaannya. Ini adalah planet Bumi-super kedua dalam zona layak huni kurcaci merah yang ditemukan selama survei HARPS, setelah Gliese 581d diumumkan pada tahun 2007 dan dikonfirmasi pada tahun 2009.
“Kini kita tahu bahwa terdapat banyak Bumi-super di sekitar bintang kurcaci merah terdekat yang harus kita identifikasi lebih lanjut dengan menggunakan instrumen HARPS maupun instrumen masa depan. Beberapa planet seperti ini diperkirakan akan melintas di depan bintang induknya – ini akan membuka kemungkinan yang menarik dalam mempelajari atmosfer planet tersebut dan mencari tanda-tanda kehidupan,” simpul Xavier Delfosse, anggota tim riset(eso1210).
Catatan
[1] HARPS mengukur kecepatan radial sebuah bintang dengan ketepatan yang luar biasa. Sebuah planet yang mengorbiti sebuah bintang menyebabkan bintang itu secara teratur bergerak maju dan menjauh dari pengamat di Bumi. Berdasarkan efek Doppler, perubahan kecepatan radial mempengaruhi pergeseran spektrum bintang terhadap riak gelombang yang lebih panjang saat bergerak menjauh (disebut pergeseran merah) dan pergeseran biru (terhadap riak gelombang yang lebih pendek) saat bergerak mendekat. Pergeseran spektrum bintang yang sangat kecil dapat diukur dengan spektrograf berpresisi tinggi seperti HARPS dan digunakan untuk mengetahui keberadaan planet.
[2] Bintang-bintang ini disebut M dwarf karena memiliki kelas spektral M. Kelas ini adalah yang paling dingin dari tujuh kelas dalam skema sederhana untuk mengklasifikasi bintang sesuai dengan penurunan suhu dan kemunculan spektrumnya.
[3] Planet yang memiliki massa antara satu dan sepuluh kali Bumi disebut Bumi-super. Tidak ada planet seperti ini di dalam Tata Surya kita, namun tampaknya sangat banyak di sekitar bintang-bintang lainnya. Penemuan planet jenis ini dalam zona layak huni di sekitar bintang sangat menarik karena, jika planet ini berbatu dan memiliki air seperti Bumi, maka berpotensi menjadi tempat tinggal bagi kehidupan.
[4] Para astronom menggunakan sepuluh parsecs sebagai definisi “dekat.” Hal ini berhubungan dengan kisaran 32,6 tahun cahaya.
[5] Nama ini mengindikasikan bahwa planet ini adalah yang kedua yang ditemukan (c) mengorbiti komponen ketiga (C) sistem tiga bintang yang disebut Gliese 667. Bintang cerah yang dikawal Gliese 667 A dan B akan menonjol di lokasi Gliese 667 Cc. Penemuan Gliese 667 Cc secara independen diumumkan oleh Guillem Anglada-Escude dan rekan-rekannya pada Februari 2012. Konfirmasi tentang planet Gliese 667 Cb dan Cc oleh Anglada-Escude dan kolaboratornya sebagian besar didasarkan pada observasi HARPS serta pengolahan data dari tim Eropa yang tersedia untuk umum melalui arsip ESO.

sumber :

Transit Venus 6 Juni 2012


Satu fenomena astronomi yang cukup langka akan terjadi di tahun 2012 ini. Fenomena tersebut adalah transit planet Venus pada tanggal 6 Juni 2012 waktu Indonesia. Terakhir kali peristiwa transit salah satu planet dalam ini terjadi adalah pada tahun 8 Juni 2004 lalu. Dan berikutnya baru akan terjadi lagi pada tahun 2117 dan 2125. Lalu apa yang dimaksud dengan transit dan mengapa kejadiannya begitu langka?
Transit adalah melintasnya planet di depan piringan Matahari karena saat itu Matahari, planet, dan Bumi terletak segaris (konjungsi inferior) dan sekaligus sebidang. Peristiwa ini mirip seperti terjadinya gerhana Matahari. Perbedaannya adalah benda yang berada di antara Matahari dan Bumi bukan Bulan melainkan planet dalam (Merkurius atau Venus). Karena diameter sudut planet jauh lebih kecil daripada diameter sudut Matahari (hanya 1/30 kalinya), maka piringan Matahari tidak akan tertutupi banyak oleh piringan Venus. Dari Bumi, kita hanya akan melihat adanya bintik hitam yang melintasi Matahari. Bintik hitam itulah planet yang sedang transit.
Transit Venus 8 Juni 2004 (Sumber: Wikipedia)
Transit Venus 8 Juni 2004 (Sumber: Wikipedia)
Peristiwa transit Venus ini terjadi dalam rentang waktu berpola 121,5 tahun, 8 tahun, 105,5 tahun, dan 8 tahun. Jadi selalu ada sepasang transit yang terjadi berdekatan sebelum yang berikutnya terjadi dalam rentang waktu yang lama. Sejak penemuan teleskop, tercatat ada 7 kali transit Venus yang teramati. Pengamatan yang pertama dilakukan oleh Jeremiah Horrocks dan William Crabtree, keduanya astronom asal Inggris, pada tahun 1639. Sebenarnya transit tersebut didahului dengan transit pada tahun 1631, namun saat itu tidak ada yang melakukan pengamatan. Peristiwa transit berikutnya yang pernah diamati adalah pada tahun 1761 & 1769, 1874 & 1882, serta 2004 (dan 2012 nanti).
Transit Venus menjadi peristiwa yang langka karena orbit Venus dan Bumi dalam mengelilingi Matahari tidak sebidang. Orbit keduanya bersilangan (disebut juga inklinasi) sebesar 3,4 derajat. Akibatnya peristiwa transit hanya akan terjadi apabila saat di posisi konjungsi inferior, Venus berada di sekitar titik potong orbit Venus dan Bumi. Pola waktu terjadinya transit di atas berulang setiap 243 tahun, karena 243 tahun Bumi (88757,3 hari) hampir sama dengan 395 tahun Venus (88756,9 hari Bumi) atau sama dengan 152 periode sinodis Venus.
Diagram orbit Venus dan Bumi, tampak keduanya tidak sebidang (Sumber: Wikipedia)
Diagram orbit Venus dan Bumi, tampak keduanya tidak sebidang (Sumber: Wikipedia)
Transit Venus nanti akan dimulai pada pukul 05.09 WIB, yaitu ketika tepi piringan Venus bersentuhan dengan tepi piringan Matahari. Fase selanjutnya adalah ketika seluruh piringan Venus telah masuk ke piringan Matahari pada pukul 05.27 WIB. Puncak dari peristiwa ini terjadi pada pukul 08.29 WIB ketika Venus dan pusat Matahari hanya terpisah sejauh 554,4″. Lalu Venus menyentuh tepi piringan Matahari pada pukul 11.31 WIB dan peristiwa ini berakhir pada pukul 11.49 WIB ketika Venus sudah keluar dari piringan Matahari. Namun ada satu hal yang harus diingat. Akibat paralaks, waktu-waktu tersebut akan jadi berbeda untuk lokasi pengamatan yang berbeda.
Diagram kenampakan transit Venus 6 Juni 2012 (Sumber: eclipse.gsfc.nasa.gov).
Diagram kenampakan transit Venus 6 Juni 2012 (Sumber: eclipse.gsfc.nasa.gov).
Tentu saja peristiwa ini tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Kita harus menggunakan alat bantu optik seperti binokular atau teleskop. Dan sama ketika mengamati gerhana Matahari, untuk mengamati transit Venus ini kita harus melengkapi peralatan kita dengan filter/penapis cahaya Matahari. Tanpa filter Matahari, mata kita akan terbakar, rusak, dan akhirnya membuat kita buta.
Untuk itu, siapkanlah pengamatannya sebaik mungkin. Apabila tidak memiliki teleskop, Anda bisa mendatangi komunitas/institusi yang mengadakan kegiatan pengamatan transit Venus ini. Silakan ikuti terus tulisan ini, kami akan perbaharui setiap ada kegiatan pengamatan dan lokasi yang dijadwalkan. Siapa tahu lokasi tersebut dekat dengan tempat Anda tinggal.

Sumber :

Minggu, 15 April 2012

Solusi Asah Otak - Part II

Gimana teman-teman, udah ketemu jawabannya? atau masih ada yang ngeraba-raba cara menyelesaikannya?
atau udah pada nyerah nih?
Mau tau jawabannya? Check this out !!!!!


Kasus 1











Kasus 2
















Kasus 3


Kamis, 05 April 2012

Asah Otak - Part II

Asah Otak Part II



Udah lama nunggu asah otak bagian keduanya ya? Gak usah banyak bacot lagi deh, kita langsung aja lihat ke TKP!!!

Alat dan bahan yang diperlukan :
kertas kosong, pensil / pena, pikiran jernih.hhe :p


Kasus I
Tanpa mengangkat pensil, tarik 3 buah garis lurus yang melewati 4 titik pada gambar di samping.






Kasus II


Tanpa mengangkat pensil, tarik 4 buah garis lurus yang melewati 9 titik pada gambar di samping.










Kasus III


Tanpa mengangkat pensil, tarik 6 buah garis lurus yang melewati 16 titik pada gambar di samping.












Kata kunci : Think out of the box!

Selasa, 27 Maret 2012

Solusi Asah Otak - Part I

Gimana teman-teman? Ada yang bisa nemuin solusi untuk asah otak - Part I yang kemaren saya posting?
Bingung? Atau sudah ada yang ketemu?
Gini nih jawaban yang benar..


Untuk kasus I, begini jawabannya :
 Untuk kasus II, ini jawabannya :
Menarik bukan??

Tunggu postingan asah otak berikutnya. Tantangannya akan lebih berat lagi. Jadi siapkan otakmu untuk menghadapinya.

Minggu, 25 Maret 2012

Asah Otak - Part I

Pada postingan kali ini, saya akan mengajak anda berpikir secara logis mengenai beberapa kasus yang disajikan. Ingat pikirkan secara logis ya!

Kasus I

Susunlah enam (6) buah garis menjadi sebuah bentuk yang memenuhi syarat sebagai berikut :
  • Garis-garis saling bersentuhan di tiga (3) posisi,
  • Jarak di antara masing-masing posisi bersentuhan adalah sama,
  • Bidang yang dihasilkan dari potongan garis-garis tersebut adalah sama luasnya serta jumlahnya adalah sama
Kasus II
Susunlah lima (5) buah garis yang sama panjang menjadi sebuah bentuk yang memenuhi syarat sebagai berikut : 
  • Garis-garis saling bersentuhan di empat (4) posisi,
  • Jarak di antara masing-masing posisi bersentuhan adalah sama,
  • dan bidang yang dihasilkan dari potongan garis-garis tersebut adalah berjumlah enam dengan lima yang sama besar
Ayo teman-teman silahkan dipahami dengan benar perintah yang diberikan. Boleh cari kertas kosong dan coret-coret sendiri. Kalau sudah silahkan diberikan jawabannya. Kalau gak tau juga gak apa-apa, ntar aku kasih solusinya.

Solusi >> next post . . . . . . . . .

Jumat, 23 Maret 2012

Bukti untuk Teori Big Bang - Part II

Jika jumlah bintang tidak berhingga, maka gaya tarik gravitasi antar galaksi akan menyebabkan alam semesta runth kecuali kalu alam semesta memuai, sebagaimana disimpulkan oleh Olbers (dimana gravitasi akan berkurang dan akhirnya menghentikan laju pemuaian), jika tidak, materi harus diciptakan secara terus menerus untuk mencegah keruntuhannya. Teori terakhir ini, yang dikenal sebagai Teori Keadaan Tunak dari alam semesta telah didukung oleh banyak ilmuwan terkemuka hingga akhir-akhir ini, di samping Hukum Hubble. Pada tahun 1928, astronom terkenal Sir James Jeans berbicara tentang "Titik titik di pusat nebula dimana materi terus dituang ke alam semesat kita dari suatu dimensi lain", dan pandangan ini masih tetap dipertahankan oleh banyak ilmuwan besar hingga dekade 1960-an. Teori keadaan tunak dikembangkan dari gagasan Jeans oleh Hermann Bondi, Thomas Gold, dan Fred Hoyle pada tahun 1948. Teori ini menganggap bahwa alam semesta pada skala yang cukup besar adalah sama pada semua tempat dan pada setiap waktu. Dengan menganggap konstanta Hubble tidak berubah, teori ini mensyaratkan penciptaan materi secara terus menerus untuk mengimbangi penyebaran materi akibat pemuaian. Titik penciptaan yang disebut sebagai lubang putih telah dibayangkan sebagai lawan lubang hitam.

Alasan atas dukungan mereka terhadap teori keadaan tunak terletak pada ketidaksesuaian antara usia bintang dalam gugus bintang globular dan usia alam semesta yang diperkirakan dari konstanta Hubble. Pada saat teori keadaan tunak dikemukakan, konstanta Hubble diperkirakan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan suatu usia yang sedikit lebih besar dari 4 milyar tahun untuk alam semesta, dengan menganggap teori Big Bang itu benar. Pengukuran yang lebih baik mengurangi nilai konstanta Hubble, menghasilkan usia alam semesta menjadi 7 milyar tahun, lebih muda dari usia bintang-bintang yang lebih tua, yang diperhitungkan berusia 12-15 milyar tahun. Jelaslah bahwa mereka yang menyanggah, dengan memihak pada Teori Keadaan Tunak, tidak terkesan oleh alam semesta yang lebih muda daripada bintang-bintangnya sendiri! Akan tetapi, kesulitan mereka dalam meyakinkan pemihak teori Big Bang bertambah besar ketika hasil dan kesimpulan dari penelitian yang ekstensif atas sumber radio diterbitkan pada tahun 1955 oleh Martin Ryle di Cambridge. Dengan menggunakan teleskop radio resolusi tinggi, Ryle membuktikan bahwa konsentrasi sumber radio meningkat pada jarak-jarak yang jauh. Penemuan ini melemahkan prinsip dasar keseragaman pada teori keadaan tunak : gagasan bahwa alam semesta pada skala besar haruslah sama di mana saja. Penelitian lebih lanjut atas sumber radio pada jarak-jarak yang jauh tampaknya memperlihatkan suatu kelebihan dari galaksi radio pada suatu waktu jauh di masa lampau.

Perselisihan antara kedua teori ini diselesaikan secara tegas, dengan keberpihakan pada Teori Big Bang, oleh dua penemuan utama pada dasawarsa berikutnya. Teori Big Bang sekarang didukung oleh bukti yang sangat kuat berdasarkan kedua penemuan ini.