Asteroid

Asteroids (from Greek ἀστήρ "star" and εἶδος "like, in form") are a class of small Solar System bodies in orbit around the Sun. They have also been called planetoids, especially the larger ones.

Nebula

A nebula (from Latin: "cloud";nebulae or nebulæ, with ligature or nebulas) is an interstellar cloud of dust, hydrogen, helium and other ionized gases.

Andromeda Galaxy

The Andromeda Galaxy is a spiral galaxy approximately 2.6 million light-years (2.5×1019 km) from Earth in the Andromeda constellation. It is also known as Messier 31, M31, or NGC 224, and is often referred to as the Great Andromeda Nebula in older texts.

Jupiter

Jupiter is the fifth planet from the Sun and the largest planet within the Solar System.[13] It is a gas giant with mass one-thousandth that of the Sun but is two and a half times the mass of all the other planets in our Solar System combined.

Saturnus

Saturn is the sixth planet from the Sun and the second largest planet in the Solar System, after Jupiter. Named after the Roman god Saturn, its astronomical symbol (♄) represents the god's sickle.

Minggu, 20 Mei 2012

Transit Venus yang Terakhir pada Abad Ini !


Planet-planet mengitari Matahari dan itulah yang dilakukan Bumi dan Venus. Khususnya Venus, tahun ini si bintang fajar ini akan menjadi pusat perhatian astronom seluruh dunia.

Foto Transit Venus 2004. Kredit : Tonk at CloudyNights
Tepatnya tanggal 6 Juni 2012, Venus akan melintasi piringan Matahari dan masyarakat Bumi bisa melihat sang bintang fajar laksana noktah hitam yang melintasi “piringan Matahari”
Peristiwa tersebut dikenal sebagai Transit Venus.
Apa itu Transit Venus?
Peristiwa ketika planet venus melintasi piringan Matahari ini mirip dengan peristiwa gerhana Matahari oleh Bulan. Kalau Gerhana Matahari terjadi ketika Matahari – Bulan – Bumi, dengan Bulan berada di antara Matahari dan Bumi dalam posisi sejajar.
Nah untuk transit venus, planet venus akan berada di antara di antara Matahari dan Bumi.  Tapi, meskipun ukuran Venus hampir sama dengan Bumi (ingat! Venus dan Bumi itu sempat dibilang planet kembar juga!), jaraknya yang sangat jauh menyebabkan kita hanya melihat Venus seperti titik yang melintasi piringan Matahari. Kalau di Gerhana Matahari, Bulan yang melintas tampak menutupi seluruh permukaan Matahari karen jarak Bulan jauh lebih dekat ke Bumi dibanding Venus.
Venus, bintang kejora yang kerap menghiasi langit fajar atau senja ini bergerak mengitari Matahari setiap 224 hari dengan kemiringan orbit 3,4º terhadap Bumi. Artinya, ketika Venus melintas di antara Bumi dan Matahari, ia tidak selalu berada “sejajar” dengan Bumi dan tidak setiap saat ia melintas kita bisa melihat transit.

Kemiringan orbit Venus 3,4º. kredit : Royal Astronomical Society New Zealand
Ketika terjadi konjungsi inferior atau saat venus melintas di antara Matahari dan Bumi, ia seringkali berada “di atas” atau “di bawah” Matahari, sebagai akibat kemiringan orbitnya terhadap Bumi tadi. Transit baru akan terjadi, ketika Venus melintas di Matahari – Bumi di nodes atau di area titik potong orbit Bumi dan Venus. Pada posisi ini, Matahari – Venus – Bumi akan berada “sejajar” sehingga pengamat di Bumi akan dapat melihat planet Venus melintasi piringan Matahari.

Superkonjungsi Venus. kredit : http://victoriastaffordapsychicinvestigation.wordpress.com/
Siklus Transit
Transit Venus terjadi dengan pola yang berulang setiap 243 tahun sekali. Polanya, dua transit terjadi dengan rentang waktu 8 tahun, transit berikutnya terjadi 121,5 tahun kemudian, dan ada selang 8 tahun untuk transit berikutnya dan kemudian ada rentang waktu 105,5 tahun ke transit berikutnya. Setelah itu polanya kembali berulang.
Gambaran sederhana 1 siklus Transit Venus:
Dari transit A ke B butuh 8 tahun
Dari transit B ke C butuh 121,5 tahun
Dari transit C ke D butuh 8 tahun
Dari Transit D ke E butuh 105,5 tahun
Transit berikutnya akan mengulang selang waktu atau pola di atas.

Siklus Transit Venus. Kredit : lunar planner
Mengapa siklusnya 243 tahun sekali? Ini dikarenakan Bumi dan Venus baru akan kembali bertemu di titik yang hampir pada orbitnya masing-masing dalam rentang waktu 243 tahun Bumi. Tapi, pola 105,5 , 8 , 121,5 dan 8 tahun bukanlah satu-satunya pola yang mungkin dalam siklus 243 tahun tersebut. Pada tahun 1518, pola transitnya justru 8, 113,5 , dan 121,5 tahun. Pola yang ada sekarang akan terus berlanjut sampai dengan tahun 2846 dan kemudian akan ada pola baru yakni 105,5 , 129,5 dan 8 tahun. Transit yang kita amati saat ini merupakan transit terakhir dari pasangan 2004/2012 dan transit berikutnya baru akan terjadi 2117/2125. Sedangkan sebelum tahun 2004, transit terjadi pada 1874/1882.
Mengapa Transit Venus Penting?
Pertanyaan ini tentunya menghiasi benak kita, apa sih pentingnya Transit Venus sampai harus diamati. Bukankah kita hanya melihat sebuah titik hitam lewat di “depan” Matahari?
Di era tahun 1700-an, masalah terbesar dalam astronomi adalah penentuan jarak rata-rata Matahari – Bumi yang digunakan untuk konstanta fundamental di sistem heliosentris yang diajukan Copernicus. Selain itu, transit Venus di tahun 1700-an memberikan petunjuk awal keberadaan atmosfer di bintang senja itu.
Kalau sekarang, penentuan jarak antara kita dan benda langit dilakukan menggunakan radar. Tapi di masa lalu, radar itu seperti apa mungkin orang tidak bisa membayangkannya. Pada masa itu, untuk menentukan jarak suatu benda langit maka dibutuhkan perhitungan trigonometri untuk mengetahui konstanta Satuan Astronomi (SA) – atau jarak Bumi – Matahari.
Di tahun 1677, astronom Inggris Edmund Halley mengajukan ide untuk pengamatan Transit Venus dan ia juga memberikan ide untuk metode penentuan paralaks menggunakan geometri dengan memanfaatkan Transit Venus yang terjadi pada tahun 1761 dan 1769.  Meskipun Halley meninggal 19 tahun sebelum Transit Venus 1761, para ilmuwan ternyata masih tetap mengikuti ide yang diberikan Halley. Berbagai upaya dilakukan untuk melakukan perjalanan pengamatan Transit Venus yang di Tahun 1761, lokasi pengamatan yang baik berada di Hindia Belanda. Pada masa itu, pengamatan Venus juga dilakukan di Hindia Belanda tepatnya di Batavia yang dibantu oleh Pdt. Johann Mohr yang kemudian hasil pengamatan itu dikontribusikan dalam laporan yang dikirim ke Belanda.
Hasil pengamatan Transit Venus 1761 memberikan hasil jarak Matahari – Bumi sekitar 95 juta mil / 152887680 km (atau cukup dekat dengan perhitungan saat ini 92,955,807.267 mil (149,597,870.691 km). Dan dalam pengamatan tahun 1761 itu juga para pengamat melihat sesuatu yang aneh di Venus. Yang mereka lihat adalah lingkaran halo yang mengelilingi titik hitam Venus yang kemudian disimpulkan merupakan atmosfer. Dan ternyata dugaan itu tidak salah karena Venus memiliki atmosfer yang disusun oleh karbondioksida dan awan asam sulfat.

Sumber :
langitselatan.com

Kalender Maya



Kalender Maya
Kalender Maya
Apa itu kalender Maya? Kalender Maya merupakan kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya pada kisaran 250-900 M. Bukti kehadiran peradaban Suku Maya ini bisa dilihat dari sisa kerajaannya di hampir semua bagian selatan Meksiko, Guatemala, Belize, El Savador, dan sebagian Honduras.
Dari bukti-bukti sejarah, masyarakat suku Maya memang memiliki kemampuan menulis yang baik dan juga kemampuan untuk membangun kota dan perencanaan kota. Dalam hal membangun, Suku Maya terkenal dengan bangunan piramida dan berbagai bangunan besar lainnya. Tak hanya itu, dalam kebudayaan, peradaban suku Maya memberi pengaruh yang sangat besar pada kebudayaan Amerika Tengah. Pengaruh itu bukan hanya dalam hal peradaban namun juga dalam hal populasi pribumi di area tersebut. Sampai saat ini, sejumlah Suku Maya masih tetap ada dan meneruskan tradisi mereka yang telah berumur ribuan tahun itu.
Suku Maya dalam kehidupannya menggunakan beberapa kalender berbeda. Bagi mereka, waktu merupakan penghubung dengan lingkaran spiritual. Kalender memang digunakan untuk hal-hal praktis seperti untuk kehidupan sosial, pertanian, perdagangan dan berbagai keperluan administratif. Namun dipercaya ada elemen religi yang besar di dalamnya yang memberi pengaruh. Bagi suku Maya, setiap hari memiliki ruh pelindung yang berbeda sehingga setiap hari memiliki fungsi yang berbeda pula. Sangat berbeda dengan kehidupan modern dengan kalender Gregorian yang hanya menetapkan kalender sebagai waktu yang terkait dengan hal-hal administratif, kehidupan sosial dan keperluan ekonomi.
Kebanyakan kalender Maya memiliki rentang waktu pendek.
  • Kalender Tzolk’in berakhir dalam 260 hari
  • Kalender Haab’ memberi perkiraan 1 tahun Matahari yakni 365 hari.
Suku Maya kemudian menggabungkan kedua kalender ini membentuk “Calendar Round”, siklus yang akan berakhir setelah 52 Haab (sekitar 52 tahun atau kisaran panjangnya satu generasi). Di dalam “Calendar round” terdapat Trecena ( siklus 13 hari) dan Veintena (siklus 20 hari). Tampaknya, sistem siklus ini berlaku dengan mempertimbangkan jumlah hari dalam 52 tahun adalah 18980 hari.
Untuk bangsa Maya, sains dan agama adalah satu. Mereka membangun sistem matematika dan astronomi yang cukup impresif, terkait dengan kepercayaan mereka. Pencapaian dalam hal matematika bisa dilihat pada notasi posisi dan penggunaan angka nol. Dalam astronomi, mereka secara akurat menghitung tahun Matahari, melakukan kompilasi tabel posisi bulan dan Venus, serta memprediksi Gerhana Matahari. Suku Maya juga memiliki penanggalan untuk “siklus Venus” yang cukup akurat. Kalender Venus ini dibuat berdasarkan lokasi Venus di langit malam. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan pada planet-planet lainnya.
Sistem “Calendar Round” ini memang sangat baik untuk mengingat hari kelahiran atau periode keagamaan. Namun, untuk merekam sejarah, kalender ini tak bisa dijadikan patokan karena tak dapat merekam kejadian yang lebih tua dari 52 tahun.

Sumber :
langitselatan.com

Batas Galaksi ? Di mana ?


Coba lihat foto di halaman ini. Ratusan milyar cahaya bintang bergabung mengisi foto terbaru dari luar angkasa tersebut dengan cahaya yang kalau dlihat tampak lembut. Akibatnya, sulit untuk bisa melihat bentuk galaksi itu sendiri karena cahayanya perlahan memudar ketika kamu bergerak menjauh dari pusatnya. Tidak ada garis batas yang jelas yang bisa menandai tepi galaksi.
Galaksi Elips yang dipotret astronom selama 50 jam. Kredit: ESO
Untuk bisa melihat bentuk galaksi, perhatikan foto di atas. Sekarang, coba kamu bayangkan sedang menggambar garis di sekeliling pendaran cahaya. Kalau sudah, maka kamu akan melihat kalau “gambaranmu” itu akan berbentuk elips seperti halnya bola rugby.  Para astronom menyebut galaksi seperti ini Galaksi Elips. Ada juga galaksi yang tampak seperti pusaran air di luar angkasa yang disebut Galaksi Spiral oleh para astronom. Dan tentunya masih banyak galaksi yang bentuknya tidak beraturan. Kalau galaksi Bima Sakti yang jadi rumahnya Tata Surya, merupakan galaksi spiral.
Galaksi yang berbentuk elips justru merupakan galaksi yang terbesar di alam semesta. Bintang-bintangnya mengorbit pusat galaksi di semua arah. Akibatnya galaksi ellips tampak berbeda dari galaksi spiral, yang bintang-bintangnya mengorbit pusat galaksi seperti pada satu bidang permukaan yang sama. Kalau galaksi elips mirip bola rugby, spiral galaksi justru tampak datar dan kurus seperti sebuah piring.
Dan tidak seperti galaksi spiral, galaksi elips biasanya bebas dari debu. tapi sebenarnya masih ada debu di dalam galaksi elips. Debu tersebut bisa dilihat membentuk pita bergelombang di pusatnya. Para astronom menduga kalau debu tersebut merupakan sisa-sisa galaksi spiral yang terkoyak oleh gaya gravitasi yang sangat kuat dari galaksi elips.
Fakta menarik : Untuk bisa mengumpulkan cahaya yang cukup dari galaksi, dibutuhkan 50 jam untuk menghasilkan foto di atas. Waktu yang sangat lama hanya untuk mengatakan “cheese”!

Sumber :
http://langitselatan.com/2012/05/19/menandai-batas-batas-galaksi/

Kamis, 17 Mei 2012

Bintang Bisa Berkedip ?


Sebenarnya bintang memancarkan energinya relatif konstan/stabil setiap saat. Jadi perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintangnya. Ada hal lain yang menyebabkan bintang tampak berkedip. Apakah itu?
Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer. Banyaknya lapisan udara dengan temperatur yang berbeda-beda di atmosfer menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di laut dan kolam renang. Jadi untuk mendapatkan gambaran seperti apa yang terjadi di atmosfer, bayangkan sebuah kolam renang yang permukaannya tidak tenang.
Bintang tampak berkedip (Sumber: APOD)
Bintang tampak berkedip (Sumber: APOD)
Sebuah koin yang terletak diam di dasar kolam renang akan tampak bergerak-gerak jika kita lihat dari atas permukaan air. Gerak semu ini terjadi karena adanya refraksi/pembiasan. Menurut ilmu fisika, ketika berkas cahaya melewati dua medium yang indeks biasnya berbeda, cahaya tersebut akan dibiaskan/dibelokkan. Untuk kasus koin di kolam renang, cahaya yang dipantulkan koin melewati dua medium yang indeks biasnya berbeda, yaitu air dan udara, sebelum jatuh di mata. Dan karena permukaan air yang tidak tenang, posisi koin yang sebenarnya tetap pun akan tampak berpindah-pindah.
Hal yang sama terjadi pada cahaya bintang yang melewati atmosfer bumi. Ketika memasuki atmosfer bumi, cahaya bintang akan dibelokkan oleh lapisan udara yang bergerak-gerak. Akibatnya posisi bintang akan berpindah-pindah. Tetapi karena perubahan posisinya sangat kecil untuk dideteksi mata, maka kita akan melihatnya sebagai kedipan.
Lalu, bagaimana dengan planet, mengapa planet tidak tampak berkedip? Bintang, sebesar apapun ukurannya dan sedekat apapun jaraknya, akan tampak sebagai sebuah titik cahaya jika diamati dari bumi, bahkan dengan teleskop terbaik yang dimiliki manusia. Sedangkan planet yang memiliki ukuran yang jauh lebih kecil daripada bintang akan tampak lebih besar dari bumi karena jaraknya yang jauh lebih dekat. Dengan teleskop kecil saja kita akan dapat melihat planet sebagai sebuah piringan, bukan sebagai sebuah titik cahaya. Ukuran piringan ini cukup besar sehingga turbulensi atmosfer tidak memberikan pengaruh yang nyata pada berkas cahaya planet. Dilihat dari permukaan bumi, planet pun akan tampak tidak berkedip. Kecuali pada kondisi atmosfer yang turbulensinya sangat kuat, atau saat planet berada di dekat horison, planet akan tampak berkedip juga. Karena pada saat planet berada di dekat horison (sesaat setelah terbit atau sebelum tenggelam), berkas cahayanya harus melewati atmosfer yang lebih tebal.
Setelah kita tahu bahwa penyebab bintang tampak berkedip adalah atmosfer bumi, kita bisa sesuaikan dengan kebutuhan kita dalam melakukan pengamatan. Jika kita ingin mengamati bintang dengan gangguan atmosfer paling sedikit, kita bisa tunggu hingga bintang tersebut berada dekat meridian. Atau jika kita ingin melihat bintang tidak berkedip sama sekali, kita bisa pergi ke luar angkasa, atau bulan, atau planet yang tidak memiliki atmosfer (ingat, bulan tidak memiliki atmosfer).

Sumber :
http://duniaastronomi.com/2009/02/mengapa-bintang-tampak-berkedip/

Mengukur Jarak dengan Menggunakan Bintang Chepeid


Sejarah metode penghitungan jarak ini berawal dari sebuah penelitian tentang hasil pengamatan terhadap bintang variabel (bintang yang kecerlangannya berubah-ubah) yang ada di galaksi Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil (LMC dan SMC). Saat itu Henrietta Leavitt, astronom wanita asal Amerika Serikat, membuat katalog yang berisi 1777 bintang variabel dari penelitian tersebut. Dari katalog yang ia buat diketahui bahwa terdapat beberapa bintang yang menunjukkan hubungan antara kecerlangan dengan periode variabilitas. Bintang yang memiliki kecerlangan lebih besar ternyata memiliki periode varibilitas yang lebih lama dan begitu pula sebaliknya. Bentuk kurva cahaya bintang variabel jenis ini juga unik dan serupa, yang ditandai dengan naiknya kecerlangan bintang secara cepat dan kemudian turun secara perlahan.
Bentuk kurva cahaya seperti itu ternyata sama dengan kurva cahaya bintang delta Cephei yang diamati pada tahun 1784. Karena itulah bintang variabel jenis ini diberi nama bintang variabel Cepheid. Penamaan ini tidak berubah walaupun belakangan ditemukan juga kurva cahaya yang sama dari bintang Eta Aquilae yang diamati beberapa bulan sebelum pengamatan delta Cephei.
Kurva cahaya variabel Cepheid. Sumber: rpi.edu
Kurva cahaya variabel Cepheid. Sumber: rpi.edu
Hubungan sederhana antara periode dan luminositas bintang variabel Cepheid ini bisa digunakan dalam menentukan jarak karena astronom sudah mengetahui adanya hubungan antara luminositas dengan kecerlangan/magnitudo semu bintang yang bergantung pada jarak. Dari pengamatan bintang Cepheid kita bisa dapatkan periode variabilitas dan magnitudonya. Kemudian periode yang kita peroleh bisa digunakan untuk menghitung luminositas/magnitudo mutlak bintangnya dengan formula M = -2,81 log(P)-1,43. Karena luminositas/magnitudo mutlak dan magnitudo semu berhubungan erat dalam formula Pogson (modulus jarak), maka pada akhirnya kita bisa dapatkan nilai jarak untuk bintang tersebut.
Kunci penentu agar metode ini dapat digunakan adalah harus ada setidaknya satu bintang variabel Cepheid yang jaraknya bisa ditentukan dengan cara lain, misalnya dari metode paralaks trigonometri . Jarak bintang akan digunakan untuk menghitung luminositasnya dan selanjutnya bisa digunakan sebagai pembanding untuk semua bintang Cepheid. Oleh karena itu, astronom sampai sekarang masih terus berusaha agar proses kalibrasi ini dilakukan dengan ketelitian yang tinggi supaya metode penentuan jarak ini memberikan hasil dengan akurasi tinggi pula.
Cepheid Di Galaksi M100
Cepheid Di Galaksi M100. Sumber: Hubblesite
Menghitung jarak bintang variabel Cepheid menjadi sangat penting karena kita jadi bisa menentukan jarak gugus bintang atau galaksi yang jauh asalkan di situ ada bintang Cepheid yang masih bisa kita deteksi kurva cahayanya. Di sinilah keunggulan metode ini dibandingkan dengan paralaks, yang hanya bisa digunakan untuk bintang-bintang dekat saja.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada bintang Cepheid? Bintang ini mengalami perubahan luminositas karena radiusnya berubah membesar dan mengecil. Proses ini terjadi pada salah satu tahapan evolusi bintang, yaitu ketika sebuah bintang berada pada fase raksasa atau maharaksasa merah. Jadi dengan mempelajari bintang variabel Cepheid kita bisa menghitung jarak sekaligus mempelajari salah satu tahapan evolusi bintang.

Keterangan :
Pengukuran jarak bintang dengan metode ini jauh lebih teliti dan dapat mengukur jarak yang lebih jauh.

Sumber :
http://duniaastronomi.com/2010/03/mengukur-jarak-dengan-bintang-cepheid/

Minggu, 13 Mei 2012

Bumi Punya 2 Bulan ???

Ada beberapa astronom berspekulasi bahwa dahulu kala terdapat dua bulan yang mengelilingi bumi.

Pertanyaannya adalah, lalu ke mana perginya bulan yang satu ? Untuk pertanyaan ini, para astronom dari Universitas California, Santa Cruz, menjawab kalau bulan yang satunya melebur ke salah satunya lagi dalam suatu peristiwa yang dinamakan "percikan besar." Hasilnya, bulan yang ada sekarang seperti memiliki dua sisi yang berbeda, satu mulus dan satu lagi penuh tonjolan.

Teori di atas dilansir dalam jurnal Nature pada Rabu 3 Agustus 2011. Pendapat ini dikemukakan para astronom saat menemukan fakta adanya dua sisi bulan yang berbeda. Sisi yang mengarah ke bumi terlihat mulus, sedangkan sisi yang sebaliknya berbukit-bukit. Mereka lalu membuat model dengan komputer untuk menjelaskan mengapa terjadi demikian. Kejadiannya diduga seperti sebuah kue pie dilempar ke muka. Memercik.

Peristiwa ini diperkirakan terjadi lira-kira 4,4 miliar tahun yang telah lalu, yaitu masa jauh sebelum ada kehidupan di Bumi untuk menyaksikan kejadian itu di angkasa. Keadaan bulan-bulan tersebut masih sangat muda, terbentuk 100 juta tahun sebelum sebuah planet raksasa menubruk Bumi. Kedua bulan ini mengorbit Bumi dan berjalan berurutan.

Urutan dalam orbitnya adalah satu bulan yang besar berada di depan, berukuran tiga kali lebih lebar dan 25 kali lebih berat dari yang satunya lagi. Bulan yang besar ini diduga memiliki gravitasi sangat besar sehingga yang kecil tak mampu menahannya. Akibatnya, keduanya semakin mendekat dan lalu terjadilah momen tabrakan itu.

Dikatakan oleh Erik Asphaug, salah satu astronom peneliti dilansir the Associated Press bahwa "Mereka ditakdirkan bersatu. Tak ada jalan lain. Percikan besar ini seperti penyatuan dalam kecepatan rendah.

Setelah peristiwa tabrakan, batu dan material dari bulan yang kecil kemudian menyebar di permukaan bulan yang besar, bahkan tanpa menghasilkan sebuah kawah seperti yang ditimbulkan dari tubrukan meteor ke permukaan bumi.

Sehari setelah peristiwa tabrakan itu, keadaan kembali normal. Bulan tinggal satu, dan jadilah salah satu sisinya terlihat berbeda yaitu tidak rata. 

Bumi sendiri memang termasuk aneh di tata surya karena hanya memiliki satu bulan. Meski Venus dan Merkurius tak memiliki satu pun, Mars punya dua bulan, Saturnur dan Jupiter memiliki lebih dari 60. Bahkan Pluto yang kecil, memiliki empat bulan.


Sumber : http://www.antariksainfo.com/